08 December 2010

The Experience at Senior High School
The honorable the Adjudicators, Ladies, and Gentlemen. Good morning. First of all, I want to introduce my self. My name is Ermitasari. I want to tell the story about my experience at Senior High School.
Well, here is the story of my experience.
The first time I got chemistry lesson at ten class of senior high school, I felt that chemistry was a fun lesson. But, more time, I felt that  chemistry was more difficult. Even when the daily  test of that lesson came, I often didn’t get a good mark. Until I sat in the eleven class, most of all my chemistry mark were bad.
When I had the  chemistry test from Mr. Mahfudh, how disappointed I was  when the result of the test was given I only got five  and  that was under the standard mark.
Next day, the chemistry remedy from Mrs. Sukilah came, a chemistry teacher who was famous as killer. Initially I was  sure that I could do it and when the test went on I had obsession to get a good mark after learning  it seriously. After the remedy finished, as usually, my friends corrected the answer one to each other and that was something which made me annoyed. My friend with her belief gave the right answer reason to me, without any thought, I was directly supposed that my works had a lot of mistakes and it made me not to  be able to get the good mark although only 6. In the second even I cried how  disappointed of me.
Next day, when the result of chemistry repetition was announced, I was surprised. Obviously,  my mark  was 7,5. Although it’s may be only mark by the skin of one's teeth,  but I was proud of it because it was  also belong to high mark between other friends.
Since that, finally my chemistry mark were always good. Until I was at XII class  even also my chemistry remedy mark to be the best. So that Mrs. Sukilah knew well with a student named Ermita. I didn't mean to be proud of my self,  but empirically this made me could take the knowledge. " If we have strong determination, intention,  and try hard, what we want will be reached. "
Okay, this is my experience which will not be lost of my memory. Thank you very much for your attention and good bye.


Name            : Ermitasari
Test number : 02-023-031-2

31 October 2010


KONSEP KI HAJAR DEWANTARA DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Setelah menamatkan ELS (Sekolah Dasar Belanda), ia meneruskan pelajarannya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumi putera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Ia kemudian menulis  untuk berbagai surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express. Setelah zaman kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Sebagai wujud penghormatan atas jasa-jasa Ki Hajar Dewantara, maka tanggal kelahirannya, tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional. Selain itu, menurut surat keputusan Presiden RI no. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November, Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional.
Pada usia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, Raden Mas Suwardi Suryaningrat berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara dengan tujuan agar beliau dapat lebih bebas dan lebih dekat dengan rakyat. Buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan yang terdiri atas berbagai perbedaan yang ada sehingga dalam pelaksanaannya tidak boleh membeda-bedakan status mereka dan harus berdasarkan nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. Kemerdekaan mengembangkan diri adalah hakikat dari sebuah pendidikan. Untuk mencapai kemerdekaan bangsa, Ki Hajar Dewantara berusaha memajukan pendidikan bagi rakyatnya, termasuk pantun “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian” adalah pantun ciptaannya untuk mendorong semangat perjuangan dalam pendidikan.
Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa yang bercorak nasional untuk menanamkan rasa kebangsaan dalam jiwa anak didik. Alasan Ki Hajar Dewantara memilih bidang pendidikan dan kebudayaan  karena merupakan  salah satu “strategi” untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Taman siswa memiliki asas yang terdiri dari 7 pasal, yaitu:
·      Pasal ke-1 dan 2 mengandung dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur dirinya sendiri.
·      Pasal ke-3 menyinggung masalah kepentingan sosial, ekonomi dan politik kecenderungan dari bangsa kita untuk menyesuaikan diri dengan hidup dan penghidupan ke barat-baratan telah menimbulkan kekacauan. Sistem pengajaran yang terlampau memikirkan kecerdasan pikiran yang melanggar dasar-dasar kodrati yang terdapat dalam kebudayaan sendiri.
·      Pasal ke-4 menyangkut tentang dasar kerakyatan untuk memepertinggi pengajaran yang dianggap  perlu dengan memperluas pengajarannya.
·      Pasal ke-5 memiliki pokok asas untuk percaya kepada kekuatan sendiri.
·      Pasal ke-6 berisi persyarat dalam keharusan untuk membelanjai sendiri segala usaha Taman Siswa.
·      Pasal ke-7 mengharuskan adanya keikhlasan lahir-batin bagi guru-guru untuk mendekati anak didiknya.
Taman Siswa mendidik siswa menjadi manusia yang mandiri, tidak banyak bicara, tetapi banyak berbuat dan bertindak, serta lebih bertanggung jawab.
Salah satu konsep belajar dan pembelajaran yang terkenal dari Ki Hajar Dewantara adalah :
1.      Ing ngarso sung tulada : di depan member teladan
2.      Ing madya mangun karsa: di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa
3.      Tut wuri handayani : dari belakang memberikan dorongan dan arahan.